Satu Tahun Mengukir Cerita di Madyapadma
Tak terasa, hampir satu tahun sudah Madyapadma menjadi bagian dari cerita hidupku. Meski ada duka, kebahagiaan yang ku rasakan jauh lebih banyak.
Awalnya, di kelas 9 SMP aku sudah tertarik dan ingin mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik. Tapi, keinginan itu tak sempat terwujud. Rasanya kurang tepat jika aku memulai di kelas 9, mengingat tak lama lagi aku harus melangkah ke jenjang SMA. Ketika aku resmi menjadi siswi kelas 10 SMA dan tiba waktunya memilih ekstrakurikuler, keinginan itu masih ada, tapi aku tak langsung memilihnya.
Berhari-hari aku merasa bingung dan ragu, hingga akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Madyapadma Journalistic Park. Dua hari usai serah terima kepengurusan ekstrakurikuler yang diadakan pada bulan September, aku resmi menjadi ‘Anak’ Madyapadma. Pilihan ini aku ambil dengan merelakan satu ekstrakurikuler lain—sebuah keputusan yang sulit, tapi penuh makna.
Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2025 adalah lomba pertama yang aku ikuti setelah menjadi Anak Madyapadma. OPSI 2025 juga merupakan lomba perdanaku di kelas 10 SMA. Aku tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa aku akan terjun ke dunia penelitian. Aku mendapat banyak pengalaman yang penuh rintangan, mulai dari mengajukan ide penelitian beberapa kali sampai akhirnya disetujui oleh Kak Ananta, pembina Madyapadma; menyusun proposal penelitian bersama tim yang harus direvisi berkali-kali; hingga mengunggah proposal tersebut ke portal OPSI, yang sempat mengalami kendala terkait salah satu ketentuan. Beruntung, proposal penelitian timku lolos administrasi dan reviu, sehingga dapat melanjutkan ke tahap penelitian. Semoga timku juga berhasil menjadi finalis OPSI 2025.
Momen lainnya yang sangat berkesan bagiku adalah outbound sebagai penutup seleksi kepengurusan Madyapadma angkatan 48 tahap pertama. Dalam satu hari, kami memainkan enam permainan secara berkelompok, dari yang cukup mudah hingga yang sangat menantang. Kelompokku bekerja sama dengan sangat baik dan berhasil unggul di tiga permainan. Setelah setiap permainan selesai, Kak Ananta memberikan kesempatan kepada masing-masing tim untuk menceritakan bagaimana mereka menyelesaikan tantangan tersebut. Kak Ananta juga menjelaskan pelajaran berharga yang bisa kami ambil dan terapkan, terutama ketika kepengurusan sudah berada di angkatan 48 nantinya.
Madyapadma adalah pilihan dan tempat terbaik yang pernah aku temukan. Tak ada tekanan yang membebani. Setiap anggota diberikan kebebasan untuk berkembang, namun tetap dengan menerapkan perilaku yang baik dan saling menghormati. Walaupun tugas yang diberikan cukup banyak—terutama dua tugas tambahan jika berhalangan hadir dalam ekstrakurikuler wajib—aku merasa hal itu justru membuatku lebih bertanggung jawab atas apa yang diberikan.